Jumat, 30 Oktober 2009

Nyanyian Sukma

Di dasar relung jiwaku bergema nyanyian tanpa kata;
sebuah lagu yang bernafas di dalam benih hatiku,
Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit ;
ia meneguk rasa kasihkudalam jubah yg nipis kainnya,
dan mengalirkan sayang,Namun bukan menyentuh bibirku.
Betapa dapat aku mendesahkannya?
Aku bimbang dia mungkin berbaur dengan kerajaan fana
Kepada siapa aku akan menyanyikannya?
Dia tersimpan dalam relung sukmaku
Kerna aku risau, dia akan terhempas
Di telinga pendengaran yang keras.
Pabila kutatap penglihatan batinku
Nampak di dalamnya bayangan dari bayangannya,
Dan pabila kusentuh hujung jemariku
Terasa getaran kehadirannya.
Perilaku tanganku saksi bisu kehadirannya,
Bagai danau tenang yang memantulkan cahayabintang-bintang bergemerlapan.
Air mataku menandai sendu
Bagai titik-titik embun syahduYang membongkarkan rahsia mawar layu.
Lagu itu digubah oleh renungan,
Dan dikumandangkan oleh kesunyian,
Dan disingkiri oleh kebisingan,Dan dilipat oleh kebenaran,
Dan diulang-ulang oleh mimpi dan bayangan,
Dan difahami oleh cinta,
Dan disembunyikan oleh kesedaran siang
Dan dinyanyikan oleh sukma malam.
Lagu itu lagu kasih-sayang,
Gerangan 'Cain' atau 'Esau' manakahYang mampu membawakannya berkumandang?
Nyanyian itu lebih semerbak wangi daripada melati:
Suara manakah yang dapat menangkapnya?
Kidung itu tersembunyi bagai rahsia perawan suci,
Getar nada mana yang mampu menggoyahnya?
Siapa berani menyatukan debur ombak samudra dengan kicau bening burung malam?
Siapa yang berani membandingkan deru alam,Dengan desah bayi yang nyenyak di buaian?
Siapa berani memecah sunyiDan lantang menuturkan bisikan sanubari
Yang hanya terungkap oleh hati?
Insan mana yang beranimelagukan kidung suci Tuhan?
(Kahlil Gibran)

Cinta Yang Agung



Cinta yang Agung
Adalah ketika kamu menitikkan air mata
dan masih peduli terhadapnya..
Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu masih
menunggunya dengan setia..
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain
dan kamu masih bisa tersenyum sembari berkata ‘Aku
turut berbahagia untukmu’

Apabila cinta tidak berhasil bebaskan dirimu
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya
dan terbang ke alam bebas lagi

Ingatlah, bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan
kehilangannya..
tapi ketika cinta itu mati kamu tidak perlu mati
bersamanya

Orang terkuat bukan mereka yang selalu
menang.Melainkan mereka yang tetap tegar ketika
mereka jatuh

Cinta

Apabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,
Walau jalannya sukar dan curam.
Dan pabila sayapnva memelukmu menyerahlah kepadanya.
Walau pedang tersembunyi di antara ujung-ujung sayapnya bisa melukaimu.
Dan kalau dia bicara padamu percayalah padanya.
Walau suaranya bisa membuyarkan mimpi-mimpimu,
bagai angin utara mengobrak-abrik taman.

Karena sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia kan menyalibmu.
Sebagaimana dia ada untuk pertumbuhanmu,
demikian pula dia ada untuk pemanakasanmu.
Sebagaimana dia mendaki kepuncakmu dan membelai mesra ranting-rantingmu nan paling lembut yang bergetar dalam cahaya matahari.
Demikian pula dia akan menghunjam ke akarmu dan mengguncang-guncangnya di dalam cengkeraman mereka kepada kami.
Laksana ikatan-ikatan dia menghimpun engkau pada dirinya sendiri.
Dia menebah engkau hingga engkau telanjang.
Dia mengetam engkau demi membebaskan engkau dari kulit arimu.
Dia menggosok-gosokkan engkau sampai putih bersih.
Dia merembas engkau hingga kau menjadi liar;
Dan kemudian dia mengangkat engkau ke api sucinya.
Sehingga engkau bisa menjadi roti suci untuk pesta kudus Tuhan.

Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta, supaya bisa kaupahami rahasia hatimu, dan di dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati Kehidupan.
Namun pabila dalam ketakutanmu kau hanya akan mencari kedamaian dan kenikmatan cinta.Maka lebih baiklah bagimu kalau kaututupi ketelanjanganmu dan menyingkir dari lantai-penebah cinta. Memasuki dunia tanpa musim tempat kaudapat tertawa, tapi tak seluruh gelak tawamu, dan menangis, tapi tak sehabis semua airmatamu.

Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri dan tiada mengambil apa pun kecuali dari dirinya sendiri.
Cinta tiada memiliki, pun tiada ingin dimiliki; Karena cinta telah cukup bagi cinta.
Pabila kau mencintai kau takkan berkata, “Tuhan ada di dalam hatiku,” tapi sebaliknya, “Aku berada di dalam hati Tuhan”.

Dan jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya Cinta, sebab cinta, pabila dia menilaimu memang pantas, mengarahkan jalanmu.Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya. Namun pabila kau mencintai dan terpaksa memiliki berbagai keinginan, biarlah ini menjadi aneka keinginanmu: Meluluhkan diri dan mengalir bagaikan kali, yang menyanyikan melodinya bagai sang malam.
Mengenali penderitaan dari kelembutan yang begitu jauh.
Merasa dilukai akibat pemahamanmu sendiri tenung cinta;
Dan meneteskan darah dengan ikhlas dan gembira.
Terjaga di kala fajar dengan hati seringan awan dan mensyukuri hari haru penuh cahaya kasih;
Istirah di kala siang dan merenungkan kegembiraan cinta yang meluap-luap;Kembali ke rumah di kala senja dengan rasa syukur;
Dan lalu tertidur dengan doa bagi kekasih di dalam hatimu dan sebuah gita puji pada bibirmu.(by Kahlil Gibran)

Kamis, 29 Oktober 2009

Sungguh Alku Mencintaimu

Dear

Sulit aku harus bicara apa padamu. Lidahku kelu. Langit-langit kamar jadi lembah tanpa tepi. Sementara dari balik kabut dan dedaunan, bayang-bayangmu menyeruak bagai kelopak mawar yang merekah di senja kala.

Dear

Sulit aku haru ucapkan apa padamu. Telingaku pekak. Selaksan kata dan ungkapan yang kurenda, tak kuasa gantikan rasa yang bergelora dalam jiwa.

Dear

Sulit aku harus katakan apa padamu. Tapi jika lidah ini musti berucap jua, maafkan kelancanganku, jika kemudian aku mangatakan Dear sungguh aku mencaintaimu.

Surat Cinta

Engkau yang bersenandung di kelok sebuah sungai, tempat terindah untuk tinggal matahari senja, adalah engkau yang selalu menenggelamkanku pada kenangan berlarut.
Hampir selalu kusebut namamu yang terdiri dari banyak konsonan, merenggut hidupku dari setiap ritual yang dicatat waktu.

Kubiarkan dirimu berdiri pada jarak terjauh dari jangkauan tanganku yang gemetar, agar mimpiku selalu berlayar menempuh cakrawala yang kian melebar.

Kubacakan setiap keinginan menjadi tanah tempatmu berpijak demi menampung abu tubuhmu andai seluruh ucapanmu gugur seru debu. Cintaku telah sampai pada batas sakit, sepanjang Klareyan ke entahmustianku, sepanjang bayang-bayang yang menari di latar dinding bangunan tua, dalam kaca-kaca air mata.

Dan sungai yang mengalir di belakang punggungmu seperti menunggu larung pertemuan kita, sewindu demi sewindu, tak tertakar waktu membiarkan senja mendirikan kota, bersusun-susun bagai irama kesetiaan yang ditatah menjadi sebuah simfoni, tanpa situs partitur pun sanggup mencacatnya.
Engkau yang melangkah pada luruh gerimis menjelang matahari tumpas, memandang langit tua, adalah engkau yang tak pernah ada. Dan tak punya nama.

puisi karya kurnia efendi